Thursday, April 25, 2019

Petuah Nasihat Sayyidina Ali R.A (Update Me 2019 Menjelang Ramadhan!)




Assalamualaikum Wr Wb.
Good Evening.
Semoga pada hari ini dan seterusnya kita semua diberkahi tuhan , dilancarkan segala aktivitas dan selalu bersyukur atas apa didapatkan.


 

Pastinya kita semua memiliki berbagai macam masalah pelik dalam kehidupan. Ada yg masih khawatir terhadap rezeki yg didapatkannya, dimana dia iri terhadap rezeki orang lain. Ada yg menenangkan dirinya dengan terus berjalan walaupun kerapkali tembok menghalang. Serta baru2 ini, banyak orang yg berpenampilan katanya 'islami' tetapi akhlaknya tidak mencerminkan ke 'islami' an itu sendiri. Sepengatahuan gue, Islam memang menganjurkan kita agar berpakaian yg rapi dan bersih serta menutup aurat, tapi bukan berarti yg tidak rapih dan bersih itu akhlaknya pun tidak bersih dan rapih. Nah, Sayyidina Ali bin Abi Thalib R.A sejak dulu sudah memberikan berbagai petuah nasihat perihal masalah-masalah. Sayyidina Ali sendiri merupakan Khalifah ke 4 setelah Usman Bin Affan dimana beliau dipanggil dengan 'pintunya ilmu' , kenapa? karena beliau sejak kecil sudah bersama Rasulullah SAW yg merupakan 'gudangnya ilmu'.

Langsung saja, berikut ini merupakan petuah-petuah beliau yg gue kutip dari buku yg gue lupa judulnya tapi kata pengantarnya dari Om Haidar Bagir.


  •  Semulia-mulianya kekayaan pribadi ialah meninggalkan banyak keinginan. Kalo menurut penafsiran gue, kekayaan paling mulia bukanlah harta, tahta, wanita, isyana, raisa, dan sejenisnya, tetapi bersyukur atas apa yg dimiliki. Keinginan yg sementara enaknya serta untuk sendiri sebaiknya ditinggalkan
  • kehilangan orang-orang yg sangat dicintai adalah salah satu bentuk keterasingan
  • Jangan menjadi orang yg berbicara tentang dunia dengan ucapan-ucapan seorang zahid yg hatinya tidak tertambat kepadanya sedangkan dalam kenyataannya dia melakukan perbuatan orang-orang yg sangat menginginkan nya, bila diberi sebagian darinya, tidak pernah dia merasa kenyang. Dan bila diberi sedikit, dia tidak merasa puas.
  • Dia tidak mampu mensyukuri apa yg dikaruniakan kepadanya namun selalu menghendaki tambahan dari yg tersisa. melarang orang lain melakukan perbuatan dosa, tapi dia sendiri tidak berhenti melakukan dosa dan menyuruh orang lain melakukan kebaikan, tapi dia sendiri tidak mengerjakannya. 

  • Dia katanya mencintai orang-orang shaleh, tapi tidak meniru amal mereka. Dia membenci orang-orang yg berbuat maksiat, tetapi dia sendiri salah seorang dari mereka. Dia takut mati disebabkan banyak dosa-dosanya, tetapi tidak menahan diri darinya
  • Bila jatuh sakit, dia menyesali dirinya, tetapi bila dia kembali sehat, dia merasa aman berbuat sia-sia.  Dia berbangga hati bila beroleh afiat (nikmat), tetapi segera berputus asa jika mendapat cobaan. Bila ditimpa musibah, dia berdoa (karena) terpaksa, tetapi bila beroleh kemakmuran, dia berpaling dengan angkuhnya

  • Nafsunya mengalahkannya dalam hal yg masih diragukannya, tetapi dia tak mampu mengalahkan nafsunya dalam hal yg telah diyakininya. Dia merisaukan dosa orang lain, meskipun lebih kecil daripada dosanya sendiri dan mengharap bagi dirinya pahala yg lebih besar daripada nilai perbuatannya sendiri. Bila merasa cukup kaya, segera dia berbesar hati dan sombong. Akan tetapi , bila jatuh miskin, segera berputus asa dan merasa hina, bermalas-malasan bila mengerjakan kebaikan kebaikan, tetapi merengek melewati batas bila memohon sesuatu.

  • Bila tergoda oleh sesuatu yg membangkitkan hawa nafsunya, dia segera mendahulukan maksiat dan mengundurkan tobat. Dan bila dia ditimpa bencana, hampir-hampir dia keluar dari berbagai ikatan agama.

  • Bila tergoda oleh sesuatu yg membangkitkan hawa nafsunya, dia segera mendahulukan maksiat dan mengundurkan tobat. dan, bila dia ditimpa bencana, hampir-hamoir dia keluar dari berbagai ikatan agama.
  • Sangat pandai memperingati orang lain dari perbuatan buruk), tapi dia sendiri tidak meninggalkannya. Berlebih-lebih dalam menasihati orang lain (dalam hal yg baik) tetapi dia sendiri tidak mengerjakannya.

  • Amat banyak ucapannya, namun sedikit sekali amal kebaikannya. Bersaing memperebutkan sesuatu yg fana, tapi sangat mudah melepaskan yg baka, yg benar-benar menguntungkan justru dianggapnya memberatkan., tapi yg sesungguhnya merugikan dianggapnya menguntungkan. Dia takut mati, tetapi tidak segera menggunakan kesempatan yg tinggal sedikit. 

  • Dia lebih senang bersama orang-orang kaya daripada berdzikir bersama orang miskin. Selalu menenangkan dirinya atas orang lain dan tidak pernah mengalahkan dirinya sendiri demi kepentingan orang lain. dia membimbing orang lain tapi menyesatkan dirinya sendiri.

  • Maka dia pun ditaati, tapi dia sendiri selalu menentang tuhannya. Mengambil haknya sendiri sepenuhnya, tapi dia tidak memenuhi kewajibannya. Takut kepada makhluk, tapi tidak menghiraukan tuhannya, tak segan dia melawanNya dengan mengganggu makhluknya.
 sekian tulisan gue kali ini.
semoga bermanfaat untuk teman-teman semua.
Wassalamualaikum Wr Wb


No comments:

Post a Comment