Tugas seorang pencari ilmu adalah menuntut ilmu, bukan menunggu
ilmu karena ilmu tidak datang tapi didatangi. Namun siapa yang tahu ilmu
mana yang akan bermanfaat kelak. Andaikata ia tahu kelak akan menjadi
apa, tentu ia akan mempersiapkan bekal mulai dari sekarang.Apakah salah
jika kita mempelajari ilmu yang kelak tidak kita pergunakan? Apakah
hidup kita akan sia-sia dalam mencari ilmuyang tak sesuai dengan profesi
kita kelak?
Pemikiran dan kegelisahan
semacam ini pernah dirasakan oleh salah seorang murid Imam Al-Ghazālī.
“Saya telah membaca bermacam-macam ilmu pengetahuan. Lalu, manakah ilmu
yang bermanfaat bagiku esok? Dan menghiburku di alam kubur? Dan manakah
yang tidak bermanfaat bagiku sehingga aku dapat meninggalkannya.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu berdoa :ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat ”
Kegelisahan inilah yang melatar belakangi seorang murid Al-Ghazālī untuk memberanikan diri menulis surat pada guru sekaligus murabbī-nya
(pendidik) dan mengutarakan seluruh kegelisahannya untuk meminta
nasihat dan doa dari gurunya dengan permintaan khusus agar gurunya
tersebut senantiasa berkenan menuliskan jawaban suratnya meski
karangan-karangan Imam Al-Ghazālī seperti ihyā‘ulumiddīn telah mengandung jawaban pertanyaannya. Akhirnya Imam Al-Ghazālī memenuhi permintaan muridnya tersebut dalam kitab mungil ini.
Nama
lengkap pengarang kitab ini adalah Muhammad ibn Muhammad Abu Hamid
Aṭ-Ṭūsī seorang ahli fikih, ahli tasawuf, filosof sehingga beliau
mendapat gelarhujjah al-Islām (Argumentasi Islam). Nama beliau
dinisbatkan pada ghazalah sebuah nama desa di kota Ṭūs oleh karenanya
beliau lebih dikenal dengan sebutan Al-Ghazālī.
Ayyuhā al-Walad,
“Hai anakku”. Nama kitab yang sederhana nan unik ini, mengajak muridnya
laksana anak sendiri. Mengindikasikan bahwa hubungan mereka bukan
sekadar antara guru dan murid tapi lebih pada kasih sayang bapak pada
buah hatinya agar relasi antara keduanya layaknya hubungan kausalitas
yang tak mungkin terpisahkan sehingga tak ada alasan untuk menolak
petuah-petuah yang mengalir dari lisan agung gurunya. Kitab ini memang
ditujukan khusus atas permintaan murid Imam Al-Ghazālī, namun isi
kandungan nasihat-nasihatnya bersifat umum pada setiap insan yang sedang
menempuh jalan Allah. Kitab ini sangat cocok untuk dijadikan rujukan
khususnya bagi para pencari ilmu.
Kitab mungil
ini merupakan limpahan kasih sayang seorang guru pada muridnya. Kita
bisa mengatakan bahwa Imam Al-Ghazālī tidak hanya mengajarkan ilmu pada
muridnya melainkan disertai dengan pendidikan moral, akhlak dan
spiritualnya. Bagaimana cara menyampaikan nasihat-nasihatnya beliau
sangat bijak tidak hanya memaparkan inti-inti nasihatanya tapi juga
disertai dengan contoh-contoh dan pengalaman-pengalaman orang terdahulu
yang dapat dijadikan teladan atau 'ibrah dan dikuatkan dengan dalil-dalil dari al-Qur’an dan al-Hadist.
Imam
Al-Ghazālī dalam karya ini juga mengutip perkataan ulama terdahulu
seperti As-Syiblī,beliau berkata :”Saya telah berkhidmat kepada empat
ratus orang guru, dan saya telah membaca empat ribu hadis nabi, kemudian
saya memilih satu buah hadis saja, hadis tersebut saya amalkan
sementara yang lainnya saya tinggalkan. Mengapa demikian? Karena setelah
saya berfikir, saya menjumpai bahwa keselamatan saya lantaran
mengamalkan hadis tersebut. Hadis tersebut adalah sabda nabi sebagai
berikut:
اعمل لدنياك بقدر مقامها فيها، واعمل لأخرتك بقدر بقائهك فيها، واعمل لله بقدر حاجتك اليه، واعمل للنار بقدر صبرك عليها
“Beramallah
untuk duniamu selama engkau tinggal disitu dan beramallah untuk
ahkiratmu sebanyak masa tinggalmu, dan beramallah bagi Allah sekedar
kebutuhan pada-Nya, dan beramallah bagi neraka sekedar kesabaranmu
menghadapinya.”
Intisari dari penggalan hikayat
di atas tidaklah perlu kita mencari ilmu yang banyak tanpa
diaplikasikan dalam kehidupan. Yang terpenting adalah apa tujuan kita
mencari ilmu, karena yang diperhitungkan adalah niat baik kita.
Sementara kita tidak bisa melompati takdir yang telah ditetapkan oleh
yang Maha Kuasa.
Dalam kitab ini Imam
Al-Ghazālī memaparkan bahwa untuk menempuh jalan Allah haruslah
mempunyai pembimbing dan bagaimana ciri-ciri orang yang patut dijadikan
sebagai pembimbing dijelaskan secara detil dalam kitab ini. Beliau juga
menjelaskan bahwa tasawwuf itu memiliki dua sifat yakni istiqamah dan
bersikap tenang menghadapi manusia. Maka, barangsiapa yang beristiqamah
dan berbaik budi terhadap orang-orang dan memperlakukan mereka dengan
bijaksana, maka ia adalah seorang sufi.
Kewajiban
orang yang akan menempuh jalan yang benar adalah melakukan empat hal
berikut: Pertama, i’tikad yang benar yang tidak dicampur dengan bid’ah.
Kedua, taubat yang sungguh-sungguh dengan mengunci mati semua
kemungkinan kemaksiatan. Ketiga. Meminta keridaan dari semua lawan dan
musuh, dan keempat, mempelajari ilmu dunia dengan tujuan haknya untuk
memperlancar perintah Allah dan mempelajari ilmu ahkirat yang dapat
menyelamatkanmu dari semua macam bahaya dan siksa api neraka.
Hakikat
ubudiyah, tawakkal dan ikhlas semuanya dijawab Imam Al-Ghazālī dalam
kitab ini, dan bagaimana cara kita agar terhindar dari sifat riya,
berikut adalah jawabannya: Obat penangkal riya adalah dengan berasumsi
bahwa seluruh makhluk itu berada dibawah kekuasaan-Nya. Sepanjang kamu
masih mempunyai perasaan dan pengertian bahwa ada zat yang lebih tinggi
di atasmu, maka selama itu kamu dapat terhindar dari sifat riya.
Di
antara nasihat Imam Al-Ghazālī kepada muridnya adalah janganlah engkau
menjadi juru penasihat dan menjadi seorang juru pengamat kecuali bila
engkau telah mengamalkan apa yang engkau katakan itu terlebih dahulu. Di
dalam kitab ini dijelaskan bagaimana menjadi penasihat yang baik
apabila terpaksa harus menjadi penasihat atau muballigh, dan apa yang
seharusnya dilakukan oleh seorang muballigh.
Benar
apa yang dikatakan Imam Al-Ghazālī bahwa nasihat itu mudah, yang sulit
adalah pengamalannya. Sebab nasihat itu akan terasa pahit bagi orang
yang memperturutkan kehendak nafsunya. Namun hidup tanpa nasihat akan
hampa karena nasihat akan mengingatkan hati bagi orang yang
berpengetahuan.
Kitab ini sangat cocok bagi
mereka yang merasa haus akan nasihat, karena kitab ini berisikan
nasihat, wejangan, petuah, bimbingan, dan arahan Hujjatul Islām, Imam
Al-Ghazālī untuk membangkitkan jiwa kita dalam meraih keridaan Allah swt
dan Rasul-Nya. Selamat Membaca!
No comments:
Post a Comment